Oleh: Dr. Agung Hirmantono, SE, M.Ak (Dosen FEB UNISLA)
Lamongan, KabarOne News com-Dunia pendidikan tinggi di Indonesia semakin kompetitif. Perguruan tinggi berlomba menarik minat calon mahasiswa dengan berbagai cara, mulai dari mengelola website, aktif di media sosial, hingga memasang iklan berbayar. Digitalisasi seolah menjadi kewajiban bagi setiap institusi yang ingin dikenal luas. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Dr. Agung dosen baru di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan (FEB UNISLA), menghadirkan temuan yang sangat menarik. Dalam disertasinya, ia menemukan bahwa strategi promosi word of mouth atau dari mulut ke mulut masih memiliki kekuatan yang luar biasa, bahkan lebih dominan dibandingkan strategi digital, khususnya bagi perguruan tinggi yang berada di daerah.
Temuan ini sekaligus memperlihatkan posisi strategis FEB UNISLA sebagai kampus daerah yang terus tumbuh. FEB UNISLA tidak hanya membangun eksistensinya melalui kanal digital, tetapi juga tetap menempatkan word of mouth sebagai senjata utama. Dr. Agung menjelaskan bahwa efektivitas word of mouth erat kaitannya dengan tiga aspek penting: kualitas layanan, citra merek, dan daya tarik perguruan tinggi. Apabila ketiga aspek tersebut dijaga dengan baik, maka mahasiswa, alumni, bahkan masyarakat luas akan dengan sukarela menjadi agen promosi FEB UNISLA.
Hal ini bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak mahasiswa baru yang memutuskan berkuliah di FEB UNISLA karena mendengar cerita positif dari teman, keluarga, atau tetangga yang sebelumnya sudah berkuliah di kampus ini. Cerita tentang suasana akademik yang kondusif, dosen yang kompeten, hingga fasilitas kampus yang memadai membuat orang lain tertarik untuk mengikuti jejak mereka. Fenomena sederhana ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap FEB UNISLA terbangun bukan hanya lewat media digital, tetapi melalui komunikasi personal yang jauh lebih meyakinkan.
Dr. Agung Hirmantono bahkan menegaskan bahwa ia sendiri masih mengandalkan kekuatan promosi mulut ke mulut. “Saya mencari mahasiswa dengan menggunakan disertasi saya, Pak Boss, dari mulut ke mulut. Karena market itu juga masih sangat banyak. Dari teman mengajak teman lainnya,” ungkapnya. Ungkapan ini menjadi bukti bahwa strategi klasik tersebut tetap relevan. Bahkan, beliau tidak hanya menuliskannya dalam penelitian akademis, tetapi juga mempraktikkannya secara langsung dalam upaya mendukung FEB UNISLA menarik mahasiswa baru.
Bagi FEB UNISLA, temuan ini adalah pengingat bahwa membangun reputasi positif harus dimulai dari kualitas nyata. Website yang rapi memang penting, media sosial yang aktif juga diperlukan, tetapi yang lebih utama adalah memberikan pengalaman terbaik bagi mahasiswa. Ketika mahasiswa merasa puas, mereka akan bercerita, dan cerita itu akan menjadi promosi yang lebih kuat dibandingkan kata-kata manis di brosur. Dengan demikian, mahasiswa dan alumni adalah duta terbaik FEB UNISLA, yang tanpa sadar menyebarkan citra positif kampus kepada lingkungannya.
Namun, perlu disadari pula bahwa kabar negatif juga bisa menyebar dengan cepat melalui word of mouth. Apabila pelayanan akademik buruk, fasilitas tidak memadai, atau reputasi kampus tercoreng, maka kabar tersebut akan dengan mudah beredar dari satu telinga ke telinga lain. Oleh karena itu, menjaga kualitas layanan dan citra menjadi kewajiban utama bagi FEB UNISLA agar promosi dari mulut ke mulut tetap bernuansa positif.
Strategi word of mouth dan digitalisasi sejatinya tidak harus dipertentangkan. FEB UNISLA justru bisa memadukan keduanya secara cerdas. Website dan media sosial dapat digunakan untuk memperluas informasi dan menampilkan identitas kampus secara resmi, sementara testimoni mahasiswa dan alumni berperan memperkuat legitimasi. Bahkan, cerita dari mulut ke mulut yang disampaikan di dunia nyata bisa diperluas kembali melalui kanal digital, misalnya dalam bentuk video testimoni atau konten pengalaman mahasiswa. Inilah kombinasi yang akan membuat promosi FEB UNISLA semakin kokoh.
Sebagai fakultas yang terus berkembang, FEB UNISLA memiliki banyak keunggulan untuk dikisahkan oleh mahasiswa dan alumni. Keberhasilan dosen dalam penelitian, keterlibatan aktif dalam pengabdian masyarakat, hingga kiprah mahasiswa dalam lomba atau kegiatan sosial adalah cerita yang pantas dibagikan. Cerita-cerita ini kemudian menjadi bahan word of mouth yang bernilai tinggi, karena mencerminkan kualitas nyata yang dirasakan. Dengan begitu, setiap mahasiswa tidak hanya menjadi peserta didik, tetapi juga mitra dalam membangun citra kampus.
Kehadiran Dr. Agung Hirmantono di FEB UNISLA memberi warna baru dalam strategi pengembangan fakultas. Penelitian beliau menambah keyakinan bahwa FEB UNISLA memiliki landasan akademis sekaligus praktis untuk memperkuat strategi promosi berbasis kepercayaan. Hal ini sejalan dengan visi fakultas yang tidak hanya menekankan pendidikan dan penelitian, tetapi juga ingin menjadikan mahasiswa serta alumninya sebagai agen perubahan yang menginspirasi masyarakat.
Opini ini menegaskan bahwa di balik derasnya arus digital, FEB UNISLA tetap kokoh dengan kekuatan komunikasi interpersonal. Digitalisasi tetap penting, tetapi word of mouth adalah fondasi kepercayaan yang tidak bisa tergantikan. Di Lamongan dan sekitarnya, masyarakat masih lebih percaya pada pengalaman nyata yang disampaikan langsung oleh orang terdekat. Maka, fokus utama FEB UNISLA adalah menjaga kualitas layanan dan memperkuat citra, sehingga cerita positif tentang kampus ini terus bergulir tanpa henti.
Akhirnya, penelitian Dr. Agung Hirmantono menjadi bukti bahwa strategi klasik tidak pernah usang. FEB UNISLA adalah contoh nyata perguruan tinggi yang bisa memadukan tradisi dan modernitas. Website dan media sosial mereka tetap hadir untuk menjawab tuntutan era digital, tetapi pada saat yang sama, promosi mulut ke mulut tetap diutamakan sebagai senjata ampuh untuk menarik mahasiswa baru. Dengan menjaga kualitas dan citra, FEB UNISLA akan terus menjadi pilihan utama masyarakat Lamongan dan sekitarnya, bahkan mampu bersaing dengan perguruan tinggi di tingkat nasional.(*).