Jakarta Kabarone.com,-Proyek Pembangunan Saluran Pengolahan Air Limbah yang sedang dikerjakan di sejumlah titik wilayah Daerah Khusus Jakarta (DKJ), dinilai telah menyengsarakan masyarakat.
Akibat pembangunan saluran tersebut, sebagian ruas jalan ditutup dengan pagar seng bertuliskan Proyek Strategis Nasional (PSN). Sejumlah ruas jalan yang kini sedang dibongkar berada di Jalan Tubagus Angke jembatan II arah jembatan 5, Tambora Jakarta Barat. Demikian juga ruas jalan Bandengan hingga perempatan arah Teluk Gong, Jakarta Utara, setiap pagi sampai malam hari selalu macet berkepanjangan.Yang paling parah yakni pembangunan SPAL disebrang pintu masuk Stasiun Jakarta Kota, jalan Pangeran Jayakarta, dan sejumlah titik proyek lainnya di wilayah Jakarta.
Pembangunan tersebut telah berjalan 2 tahun kerja, dan selama dua tahun itu juga masyarakat menderita dan sengsara akibat kemacetan tak berkesudahan. Oleh karena itu, masyarakat telah mengeluhkan proyek PSN tersebut, sebab pengerjaan proyek bertahun tahun karena memakan setengah bahu jalan, yang diduga perencanaannya tanpa melalui penelitian terhadap Analisis Dampak Lingkungan.
“Jalan sudah sempit tapi separu jalan di pagar seng. Apakah dari awal rencana pembangunan saluran tersebut, bukannya diteliti dampaknya dan keuntungannya kepada ekonomi mssyarakat. Saluran tersebut tidak relevan dan tidak mungkin ada hubungannya dengan perekonomian masyarakat tapi mengapa harus dipaksakan”, ujar warga Jakarta.
Tercatat di pagar seng yang memakan bahu jalan itu, sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti PT.WIKA, Nindia dan BUMN lainnya semua ambil bagian dalam proyek yang ditengarai tidak bermanfaat tersebut.
Mssyarakat meminta pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Khusus Jakarta, supaya mengevaluasi kembali pengerjaan proyek saluran tersebut. Pasalnya, proyek tersebut dimungkinkan tidak bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Ruas jalan yang saat ini dulubangi menggunakan alat berat, pasti berdampak terhadap kerusakan jalan di kemudian hari.
“Dipastikan jalan bisa rubuh atau ambrol pada beberapa tahun kedepan, lantas apa relevansinya saluran pengolahan limbah tersebut. Demikian disampaikan masyarakat melalui keterangan terbuka kepada Madia ini, 23/1/2025.
Penulis : P.Sianturi