kabaronenews
No Result
Lihat semua
  • Beranda
  • News
    • Daerah
    • Internasional
    • Metropolitan
    • Nasional
  • Bisnis
  • Ekonomi
  • Hankam
  • Opini
  • Hukum
  • Lipsus
  • Politik
  • Ragam
  • Wisata
  • Beranda
  • News
    • Daerah
    • Internasional
    • Metropolitan
    • Nasional
  • Bisnis
  • Ekonomi
  • Hankam
  • Opini
  • Hukum
  • Lipsus
  • Politik
  • Ragam
  • Wisata
No Result
Lihat semua
kabaronenews
Home Opini

Kenaikan Harga Gabah: Peluang bagi Petani, Tantangan bagi UMKM dan Stabilitas Harga

redaksi kabaronenews oleh redaksi kabaronenews
3 bulan yang lalu
Kenaikan Harga Gabah: Peluang bagi Petani, Tantangan bagi UMKM dan Stabilitas Harga
18
VIEWS

 

Oleh: Dr. Abid Muhtarom, SE., MSE – Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Lamongan (UNISLA)*

Berita‎ Terkait

Jati Diri Santri: Kaum Sarungan, Bukan Tanda Ketertinggalan

“PPPK Menjadi PNS: Antara Aspirasi, Beban Fiskal, dan Tantangan Regenerasi ASN”

“Bantuan Likuiditas: Saat Uang Bekerja, UMKM Bergerak, Ekonomi Bangkit!”

Lamongan, KabarOne news.com-Pemerintah saat ini tengah mengkaji ulang kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk beras medium sebagai respons atas melonjaknya harga Gabah Kering Panen (GKP), yang tercatat mencapai Rp 7.800,00 per kilogram di Kecamatan Sukodadi, Lamongan, pada tanggal 3 Agustus 2025. Kenaikan harga GKP tersebut tidak hanya berdampak pada petani sebagai produsen utama, tetapi juga turut menggerakkan seluruh rantai ekonomi sektor pangan, terutama beras medium yang selama ini menjadi pilihan utama masyarakat kelas menengah. Fenomena ini perlu dilihat secara menyeluruh agar tidak terjadi salah persepsi dalam memahami siapa yang benar-benar diuntungkan dan siapa yang terdampak.

Secara umum, kenaikan harga gabah seharusnya menjadi kabar baik bagi petani karena menjanjikan pendapatan yang lebih tinggi dari hasil panen mereka. Namun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa keuntungan akibat kenaikan harga ini hanya dinikmati oleh segelintir petani, terutama mereka yang memiliki lahan luas, akses terhadap pupuk yang memadai, serta jaringan distribusi yang kuat. Sebaliknya, petani kecil atau buruh tani tidak serta merta memperoleh keuntungan signifikan dari lonjakan harga tersebut. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa hasil produksi cenderung menurun akibat perubahan iklim, serangan hama, dan biaya produksi yang meningkat tajam dalam beberapa bulan terakhir. Maka dari itu, penting untuk membedakan secara tegas antara petani sebagai pelaku utama pertanian dan kelompok yang hanya ikut dalam siklus kerja tani tanpa memiliki tanah atau kontrol atas input produksi.

Ketika harga gabah naik dan pemerintah lambat merespons dalam hal stabilisasi harga, pasar beras cenderung mengalami tekanan pada sisi suplai. Bulog sebagai lembaga yang ditugasi untuk menyerap gabah petani menghadapi tantangan serius, terutama jika gabah yang diserap memiliki kualitas rendah dan tidak bisa diolah menjadi beras premium. Akibatnya, pasokan beras premium yang layak konsumsi menjadi terbatas, sehingga harga beras premium pun ikut merangkak naik di pasaran. Pada titik inilah, masyarakat mulai merasakan dampaknya secara langsung karena harga kebutuhan pokok semakin tidak terkendali, sementara pendapatan masyarakat tidak mengalami peningkatan yang sepadan.

Bagi pemerintah, situasi ini merupakan tantangan ganda: di satu sisi harus menjaga daya beli masyarakat, dan di sisi lain mendorong kesejahteraan petani. Langkah menyesuaikan HET beras medium menjadi salah satu upaya untuk menjembatani kepentingan kedua kelompok tersebut. Namun kebijakan ini harus ditempuh dengan hati-hati agar tidak menimbulkan efek domino di sektor ekonomi lainnya. Salah satu sektor yang paling rentan terdampak adalah pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), khususnya sektor kuliner yang sangat bergantung pada bahan baku beras. UMKM kuliner yang menjual nasi sebagai produk utama, seperti warung makan, katering rumahan, hingga usaha makanan cepat saji berbasis lokal, harus menghadapi dilema besar: menaikkan harga jual atau menurunkan kualitas produk. Keduanya sama-sama memiliki konsekuensi serius terhadap keberlanjutan usaha mereka.

UMKM sebagai penyangga ekonomi kerakyatan menghadapi risiko penurunan daya beli konsumen yang berimbas pada menurunnya omset harian. Apalagi jika seluruh bahan baku mengalami kenaikan harga sebagai akibat dari lonjakan harga gabah dan beras, maka inflasi berlapis dapat terjadi di sektor informal dan menengah. Ini tentu menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk segera merumuskan langkah-langkah strategis guna melindungi pelaku UMKM, termasuk memberikan insentif harga bahan baku, subsidi silang, atau memperkuat koperasi pangan yang berbasis lokal agar mampu melakukan pembelian gabah secara langsung dan memotong rantai distribusi yang panjang dan mahal.

Kenaikan harga beras juga bisa menjadi pendorong laju inflasi secara nasional jika tidak dikendalikan dengan pendekatan lintas sektor yang terintegrasi. Ketika harga bahan pokok seperti beras meningkat, maka efeknya akan menjalar ke berbagai sektor lainnya: ongkos makan buruh meningkat, biaya hidup keluarga miskin bertambah, dan tekanan terhadap APBN dalam bentuk subsidi juga semakin besar. Oleh karena itu, intervensi pemerintah harus mencakup penguatan cadangan pangan, peningkatan kualitas data produksi, serta keterlibatan aktif dari kampus dan lembaga riset untuk memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti.

Kampus seperti Universitas Islam Lamongan (UNISLA), melalui Fakultas Ekonomi dan Bisnis, memiliki tanggung jawab moral dan keilmuan untuk terlibat dalam upaya memformulasikan kebijakan berbasis riset lapangan yang valid. Data yang kami peroleh dari Kecamatan Sukodadi menunjukkan bahwa dinamika harga gabah tidak bisa dilepaskan dari struktur pasar lokal yang oligopolistik, di mana tengkulak masih memiliki peran dominan dalam menentukan harga di tingkat petani. Oleh karena itu, pemberdayaan petani melalui literasi keuangan, teknologi pertanian presisi, dan sistem pemasaran digital harus segera diperluas sebagai strategi jangka panjang untuk memperkuat posisi tawar petani dan menekan ketergantungan terhadap tengkulak.

Selain itu, transformasi digital dalam sektor pertanian harus didorong melalui sinergi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan pelaku usaha. Digitalisasi harga, pemasaran online, serta integrasi sistem informasi pangan lokal akan membantu menciptakan transparansi dan efisiensi yang lebih baik dalam rantai pasok pertanian. Tidak hanya itu, lembaga-lembaga pendidikan tinggi juga harus didorong untuk menurunkan dosen dan mahasiswa dalam penelitian, Abdimas, program magang (PKL) atau KKN tematik, riset berkelanjutan yang berfokus pada ketahanan pangan dan pemberdayaan petani. Dengan demikian, kampus tidak hanya menjadi menara gading, melainkan juga kekuatan nyata dalam penguatan ekonomi desa berbasis pangan.

Dalam jangka pendek, pemerintah perlu melakukan langkah konkret seperti optimalisasi operasi pasar oleh Bulog, distribusi beras bersubsidi untuk masyarakat berpendapatan rendah, serta peninjauan kembali HET dengan mempertimbangkan fluktuasi harga gabah yang sangat cepat. Namun dalam jangka panjang, kita harus menata ulang struktur produksi dan distribusi beras nasional agar tidak terus-menerus berada dalam siklus reaktif terhadap gejolak harga musiman.

Dibutuhkan reformasi kebijakan pertanian yang lebih komprehensif dan berkeadilan, yang tidak hanya memperhatikan aspek makro seperti ketahanan pangan nasional, tetapi juga aspek mikro seperti kesejahteraan petani kecil dan keberlanjutan UMKM lokal. Apabila ini tidak segera dilakukan, maka setiap kenaikan harga gabah akan selalu diikuti dengan ketakutan inflasi, bukan menjadi peluang untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan masyarakat pedesaan.

Kenaikan harga gabah kali ini harus dijadikan momentum untuk membenahi sistem agrikultur kita secara menyeluruh. Jangan sampai kenaikan harga hanya menjadi statistik semata yang tidak mampu menjawab realita sosial ekonomi yang terjadi di lapangan. Kampus harus berdampak, bukan hanya dalam kelas, tetapi juga dalam setiap denyut nadi kehidupan masyarakat, termasuk para petani di Lamongan yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan kita.

Dengan semangat kolaborasi dan visi besar membangun ketahanan ekonomi dari desa, UNISLA siap menjadi mitra strategis pemerintah daerah dalam menyusun peta jalan baru menuju pertanian yang adil, UMKM yang tangguh, dan harga pangan yang stabil.

SendShareTweet

Related‎ Posts

Jati Diri Santri: Kaum Sarungan, Bukan Tanda Ketertinggalan
Opini

Jati Diri Santri: Kaum Sarungan, Bukan Tanda Ketertinggalan

Oktober 22, 2025
8
“PPPK Menjadi PNS: Antara Aspirasi, Beban Fiskal, dan Tantangan Regenerasi ASN”
Opini

“PPPK Menjadi PNS: Antara Aspirasi, Beban Fiskal, dan Tantangan Regenerasi ASN”

Oktober 15, 2025
53
“Bantuan Likuiditas: Saat Uang Bekerja, UMKM Bergerak, Ekonomi Bangkit!”
Opini

“Bantuan Likuiditas: Saat Uang Bekerja, UMKM Bergerak, Ekonomi Bangkit!”

Oktober 14, 2025
9
Wisuda ke-22 UNISLA: Momentum Lahirnya Bidan Tangguh untuk Solusi Pencegahan Stunting
Opini

Wisuda ke-22 UNISLA: Momentum Lahirnya Bidan Tangguh untuk Solusi Pencegahan Stunting

Oktober 11, 2025
28
Membangun Generasi Sehat dan Kompetitif Melalui Wisuda UNISLA ke-22
Opini

Membangun Generasi Sehat dan Kompetitif Melalui Wisuda UNISLA ke-22

Oktober 11, 2025
9
UNISLA KAMPUS INOVASI DAN RELIGI: MENEGUHKAN KOMITMEN PENINGKATAN KUALITAS SDM MELALUI WISUDA KE-22
Opini

UNISLA KAMPUS INOVASI DAN RELIGI: MENEGUHKAN KOMITMEN PENINGKATAN KUALITAS SDM MELALUI WISUDA KE-22

Oktober 10, 2025
26
Membumikan Ilmu, Meninggikan Martabat: Wisudawan UNISLA Penopang IPM Lamongan
Opini

Membumikan Ilmu, Meninggikan Martabat: Wisudawan UNISLA Penopang IPM Lamongan

Oktober 7, 2025
19
MBG dan KDMP, Motor Baru Penggerak Ekonomi Rakyat dan Pemberdayaan Lokal
Opini

MBG dan KDMP, Motor Baru Penggerak Ekonomi Rakyat dan Pemberdayaan Lokal

September 26, 2025
25
Word of Mouth, Senjata Klasik FEB UNISLA di Tengah Era Digital
Opini

Word of Mouth, Senjata Klasik FEB UNISLA di Tengah Era Digital

September 25, 2025
20
P5 dan Ekobrik, Jalan Baru Penguatan Karakter Peserta Didik MI
Opini

P5 dan Ekobrik, Jalan Baru Penguatan Karakter Peserta Didik MI

September 24, 2025
293

Hari Besar Nasional:

Rekomendasi‎ Berita

Sertijab Bupati dan Wakil Bupati Kotabaru 2025-2030: Komitmen untuk Mewujudkan Kotabaru yang Hebat

Sertijab Bupati dan Wakil Bupati Kotabaru 2025-2030: Komitmen untuk Mewujudkan Kotabaru yang Hebat

8 bulan yang lalu
28
Bupati Pimpin Rakor dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan untuk Peningkatan Pelayanan Publik

Bupati Pimpin Rakor dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan untuk Peningkatan Pelayanan Publik

8 bulan yang lalu
3
Festival Akrab 2025, Ajang Kreativitas dan Kebangkitan Ekonomi Kreatif Kotabaru

Festival Akrab 2025, Ajang Kreativitas dan Kebangkitan Ekonomi Kreatif Kotabaru

12 jam yang lalu
10

Advertorial : Gempur Rokok Ilegal

Dirgahayu TNI ke 80:

Advertorial :

Berita‎ Populer

  • Aksi Doa Bersama Dan Pembacaan Hizib Nashor Di Gelar di Depan Kantor Mega Finance Lamongan

    Aksi Doa Bersama Dan Pembacaan Hizib Nashor Di Gelar di Depan Kantor Mega Finance Lamongan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Eksekusi Terhadap Harta Gono Gini, Gagal Dilaksanakan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bila Terbukti Polis Bisa Tangkap Kontraktor Dan Pelaksana Proyek Revitalisasi Waduk Aneka Elok

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Proyek RSUD Depati Hamzah Pangkalpinang Rp 20 Milyar Diduga Pakai Dinding Bekas Dan Pipa Tanpa SNI, Dokter Dela Dikonfirmasi Bungkam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sangat Miris…..!Lamongan Darurat Premanisme, Berkedok Lindungi Pejabat di Festival Adat Nusantara Tercoreng 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Member Of :

kabaronenews

Copyright 2016 © PT. KABAR MEDIA INDONESIA

Navigate Site

  • Kebijakan Privasi
  • Jasa Publikasi
  • Kode etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi
  • Info Lainnya

Follow Us

No Result
Lihat semua
  • Beranda
  • News
    • Daerah
    • Internasional
    • Metropolitan
    • Nasional
  • Bisnis
  • Ekonomi
  • Hankam
  • Opini
  • Hukum
  • Lipsus
  • Politik
  • Ragam
  • Wisata

Copyright 2016 © PT. KABAR MEDIA INDONESIA